Halaman

Jumat, 25 Mei 2012

surat cintaku untuk kamu :)


Surat cinta untuk seorang utusan dariNya
Bismillahirrahmanirrahim..
Assalamualaikum wr.wb.

                Entah angin apa yang membuai hari ini, membuatku berani mencoretkan sesuatu untuk dirimu yg tak pernah aku kenali. Aku sebenarnya tidak pernah berniat memperkenalkan diriku pada siapapun, apalagi mencurahkan sesuatu yang hanya aku khususkan untukmu setelah tiba masanya nanti. Kehadiran seorang lelaki yang menuntut sesuatu yang ku jaga selama ini semata mata untukmu. Itulah hati dan cintaku.
                Membuatku tersadar dari lena panjangku, Ibu telah mendidikku sedari kecil agar menjaga kehormatan dan harga diriku, karena Allah telah menetapkannya untukmu suatu hari nanti. Kata ibu “tanggung jawab ibu bapak terhadap anak perempuannya adalah menjaga dan mendidiknya hingga seorang laki-laki mengambil alih tanggung jawab itu dari mereka.” Jadi kau telah ada dalam diriku sejak dulu. Sepanjang umur ini aku menutup pintu hatiku dari lelaki manapun karena aku tidak ingin membelakangimu.
                Aku menghalangi diriku dari mengenal laki-laki lain selainmu, apalagi memahami mereka. Karena itulah aku sekuat tenaga walau lemah berusaha untuk membatasi pergaulanku dengan bukan mahromku. Aku lebih suka di rumah, karena rumah itu tempat yang terbaik untuk seorang perempuan.
                Aku sering merasa tidak selamat dari diperhatikan lelaki, bukanlah aku berperasangka pada kaummu, tetapi lebih baik aku berwaspada karena sudah banyak contoh dalam kehidupan nyata ini. Aku palingkan wajahku dari laki-laki yang asyik memperhatikanku atau mencoba merayuku. Aku sebisa mungkin melarikan pandanganku dari lelaki asing karena sayyidatina aisyah ra pernah berpesan: “ sebaik-baik wanita adalah yang tidak  memandang dan tidak di pandang oleh laki-laki.”
                Aku tidak ingin dipandang cantik oleh laki-laki biarlah aku hanya cantik di matamu. Apalah gunanya aku menjadi idaman banyak lelaki sedangkan aku hanya bisa menjadi milikmu seorang. Aku tidak merasa bangga menjadi rebutan lelaki bahkan aku merasa terhina diperlakukan demikian, seolah-olah  aku ini barang yang bisa di milikki sesuka hati. Aku juga tidak mau menjadi penyebab kekecewaan lelaki yang terlalu mengharapkan sesuatu yang tidak dapat kuberikan padanya. Bagaimana aku akan jawab di hadapan Allah kelak andai di tanya “adakah perananku terhadap manusia di muka bumi?”
                Kalau aku tidak ingin kau memandang perempuan lain, maka aku dululah yang perlu menundukkan pandanganku. Aku harus memperbaiki dan menghias  pribadiku karena itulah yang di tuntut oleh Allah. Kalau aku ingin lelaki yang baik menjadi suamiku, aku juga perlu menjadi perempuan yang baik. Bukankah Allah telah menjanjikan perempuan yang baik untuk lelaki yang baik?
                Tidak ku nafikan sebagai seorang remaja, aku memiliki perasaan untuk menyayangi dan di sayangi. Namun setiap kali perasaan itu datang, saat itu pula aku mengingatkan diriku bahwa aku perlu menjaga perasaan itu karena itu semata-mata untukmu.
                Allah telah memuliakan seorang lelaki yang bakal menjadi suamiku untuk menerima hati dan perasaanku yang suci bukan menjadi hati yang menjadi labuhan lelaki lain, kau berhak mendapat hati yang utuh.
                Diriku yang memang lemah ini telah di uji oleh Allah, saat seorang lelaki ingin berkenalan denganku, aku dengan tegas menolak, berbagai macam dalil aku kemukakan, tapi dia tetap tidak berputus asa. Aku merasa seolah-olah kehidupanku yang tenang telah di rampas. Aku bertanya-tanya “adakah aku berada dalam tebing kebinasaan?” aku beristighfar, memohon ampunannya , aku juga berdoa agar pemilik segala rasa cinta melindungi diriku dari kejahatan. Kehadirannya membuatku banyak memikirkan dirimu, kau kurasa seolah-olah ada bersamaku dimana saja aku berada, akal sadarku membuat perhitungan denganmu. Aku tahu lelaki yang menggoda itu bukan dirimu, malah aku yakin pada gerak hatiku yang mengatakan lelaki itu bukan teman hidupku kelak.
                Aku bukanlah seorang gadis yang cerewet dalam memilih pasangan hidup. Siapalah diriku untuk memilih permata sedang aku hanyalah sebutir pasir yang ada di mana-mana tapi aku juga punya keinginan seperti wanita sholihah lainnya, dilamar lelaki yang akan di nobatkan sebagai ahli surga, memimpinku ke arah tujuan yang satu.
                Tak perlu kau memiliki wajah setampan nabi yusuf a.s, juga harta sebanyak perbendaharaan nabi sulaiman a.s, atau kekuasaan seluas kerajaan nabi muhammad saw, yang mampu mendebarkan hati jutaan gadis yang membuatku terpikat. Andainya kau adalah jodohku yang tertulis di lauhul mahfudz, Allah pasti akan menanamkan rasa kasih dalam hatiku juga hatimu, itu janji Allah. Akan tetapi selagi kita tidak di ikat dalam ikatan yang sah, selagi itu jangan di mubazirkan perasaan itu karena kita masih tidak mempunyai hak untuk begitu, juga jangan melampaui batas yang Allah tetapkan. Aku takut perbuatan-perbuatan seperti itu akan memberi pesan yang tidak baik dalam kehidupan kita kelak.
                Permintaanku tidak banyak, cukuplah kau menyerahkan seluruh dirimu pada mencari keridhoan Allah. Aku akan sangat bernilai, andai dapat menjadi tiang penyangga ataupun sandaran perjuanganmu. Bahkan aku sangat bersyukur pada Allah sekiranya akulah yang ditakdirkan meniup semangat juangmu, mengulurkan tanganku untukmu, berpaut sewaktu rebah atau tersungkur di medan yang di janjikan Allah dengan kemenangan atau syahid. Akan ku keringkan darah dari lukamu dengan tanganku sendiri, itu impianku. Aku pasti akan berendam air mata darah seandainya kau menyerahkan seluruh cintamu padaku, cukuplah kau mencintai Allah dengan sepenuh hatimu, karena dengan mencintai Allah kau akan mencintai aku karenanya. Cinta itu lebih abadi dari cinta biasa. Semoga cinta itu juga akan mempertemukan kita kembali di surga. Aamiin ya robbal ‘alamin.
Wassalam

NB; seorang gadis yang membiarkan dirinya dikerumuni, dekati, diakrabi oleh lelaki yang bukan muhrimnya. Cukuplah dengan itu hilang harga dirinya dihadapan Allah.... dihadapan Allah ... dihadapan Allah...
Naudzubillah tsumma naudzubillah.


Tidak ada komentar: